Oleh: Ustadz Jakfar Alhaddar Sangata,( Alumi Mahad Sunniyah Salafiyah Pasuruan)
Pendapat inilah (anjuran menambahkan sayyidina) yang aku condong kepadanya di dalam Syarah Irsyad atau lainnya berdasarkan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW datang saat itu Sayyidina Abu Bakar RA menjadi imam, maka Beliau RA mundur karena melihat Nabi saw, lalu Nabi Muhammad saw memerintahkan beliau untuk tetap di tempatnya akan tetapi Sayyidina Abu Bakar tidak mematuhi perintah itu. Selepas shalat, Nabi Muhammad Saw menayakan alasannya, dan Beliau RA mengungkapkan bahwa perbuatan beliau itu adalah bentuk menjaga adab. Beliau mengatakan:
Beliau juga menyebutkan caranya yaitu dengan berkata:
Sayyid Yang Nabi Muhammad SAW maksud adalah Sahabat Saad bin Muadz, beliau menyandang titel sayyid karena keilmuannya dan agamanya.
Begitupula ucapan orang yang bershalawat:
اللهم صل على سيدنا محمد
انت سيدنا
Engkau adalah Sayyid (pemimpin) kami.
Telah shahih pula bahwa Nabi SAW menyebut dirinya dengan sayyid dalam sabdanya:
Beliau juga menjuluki Sayid kepada Al Hasan. Beliau berkata:
Dan beliau juga menjuluki Saad dengan Sayyid. Beliau mengatakan:
Mudah-mudahan catatan diatas bisa mengajarkan kita untuk selalu beradab kepada Nabi Muhammad saw.
Wallahu a’lam.
Imam Ibnu Hajar Al Haitsami dalam kitabnya Addurul-Mandhud hal.79 mengatakan:
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai penambahan kata
“Sayyidina” di dalam shalawat ketika shalat. Menurut Al Majd al Lughawi:
“Zahirnya hendaknya tidak menambah lafad Sayyidina untuk menyesesuaikan
dengan lafadz shalawat yang datang dari Nabi Muhammad SAW.”
Sedangkan al Isnawi mengatakan, “Seingatku, Syaikh Izzuddin bin
Abdissalam mendasari hukum masalah ini dengan qoidah ‘Apakah yang lebih
utama mematuhi perintah ataukah menjaga adab?’ Jika kita mengikuti
pendapat kedua (menjaga adab) maka dianjurkan untuk menambahkan
Sayyidina.”
Pendapat inilah (anjuran menambahkan sayyidina) yang aku condong kepadanya di dalam Syarah Irsyad atau lainnya berdasarkan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW datang saat itu Sayyidina Abu Bakar RA menjadi imam, maka Beliau RA mundur karena melihat Nabi saw, lalu Nabi Muhammad saw memerintahkan beliau untuk tetap di tempatnya akan tetapi Sayyidina Abu Bakar tidak mematuhi perintah itu. Selepas shalat, Nabi Muhammad Saw menayakan alasannya, dan Beliau RA mengungkapkan bahwa perbuatan beliau itu adalah bentuk menjaga adab. Beliau mengatakan:
ما كان ينبغي لابن أبي قحافة أن يتقدم بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم
Tidak pantas bagi Anak Abu Quhafah (Beliau sendiri) untuk berdiri di depan Rasulullah SAW.
Nabi SAW pun mengakui pendapat ini. Ini adalah dalil terkuat bahwa
menjaga adab lebih utama daripada mematuhi perintah yang diketahui bahwa
perintah itu sifatnya tidak memaksa.
Kemudian aku melihat Ibnu Taimiyah berfatwa agar meninggalkan kata
Sayyidina dan membahasnya panjang lebar. Dia menyebutkan pula bahwa
sebagian ulama Hanabilah dan Syafiiyah menyanggahnya dan banyak juga
mencelanya. Dia memang layak untuk dicela. Karena telah datang
dalil-dalil yang membolehkan menambah lafad sayyidina ketika
bersholawat. Di antaranya adalah ucapan Sahabat Ibnu Masud:
حسنوا الصلاة على نبيكم
Perbaguslah dalam bershalawat kepada Nabi kalian.Beliau juga menyebutkan caranya yaitu dengan berkata:
علي سيد المرسلين
Kepadaa Sayid (pemimpin) para rasul).
DI sini disebutkan kata sayyid oleh Sahabat Ibnu Masud. Dan perkataan
beliau ini sifatnya umum baik di dalam shalat ataupun di luar shalat.
Dinukilkan pula dari al Muhaqqiq, Jalaluddin al Mahali, beliau
berkata: “Yang bagus adalah menjaga adab sekaligus mendatangkan apa yang
diperintahkan (yaitu shalawat). Sholawat sesuai perintah beserta
beradab kepada Nabi Muhammad saw bisa didapatkan dengan menyebutkan
Sayyid di dalam sholawat. Dalam hadits Shahihain, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
قوموا الى سيدكم
“Berdirilah kalian untuk sayyid (pemimpin) kalian.”Sayyid Yang Nabi Muhammad SAW maksud adalah Sahabat Saad bin Muadz, beliau menyandang titel sayyid karena keilmuannya dan agamanya.
Begitupula ucapan orang yang bershalawat:
اللهم صل على سيدنا محمد
Ya Allah limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad saw
Dengan menyebut sayyidina di dalam sholawat maka telah mendatangkan
apa yang diperintah yaitu shalawat ditambah dengan menjaga adab dengan
menambahkan sayyidina yang sifat nyata bagi Nabi Muhammad SAW. Pendapat
ini lebih baik daripada tidak menyebutkannya, sebagaimana menjadi jelas
dengan melihat hadits di atas. Meskipun Syaikh Jamaluddin al Isnawi
masih ragu mengenai keafdholannya, beliau mengatakan, “Seingatku, Syaikh
Izzuddin bin Abdissalam mrndasari hukum masalah ini kepada qoidah
‘Apakah yang lebih utama adalah mematuhi perintah ataukah menjaga
perintah?’”
Sebagian daripada ulama yang mensyarahi Al Hawi berkata bahwa
menambahkan kata sayyidina dapat membatalkan shalat. Ini adalah pendapat
yang jelas-jelas salah dan harus dihindari.
Sedangkan mengenai penambahan kata Sayyidina di luar shalat, itupun
masih ada yang melarangnya. Mereka berdalil dengan larangan Nabi SAW
atas orang yang mengatakan kepada beliau:انت سيدنا
Engkau adalah Sayyid (pemimpin) kami.
Dalil mereka tidak tepat. Sebab yang diinkari Nabi Muhammad saw
adalah karena pujian berlebihan yang mereka sampaikan setelah ucapan
ini. Ini dibuktikan dengan sabda Nabi SAW:
قولوا بقولكم ولا تستهويكم الشيطان
Ucapkanlah perkataan kalian yang tadi dan jangan sampai Setan menyesatkan kalianTelah shahih pula bahwa Nabi SAW menyebut dirinya dengan sayyid dalam sabdanya:
انا سيد ولد ادم
Aku Sayyid (pemimpin) keturunan AdamBeliau juga menjuluki Sayid kepada Al Hasan. Beliau berkata:
إن ابني هذا سيد
Putraku ini adalah seorang SayyidDan beliau juga menjuluki Saad dengan Sayyid. Beliau mengatakan:
قوموا الى سيدكم
Berdirilah kalian untuk sayyid (pemimpin) kalianMudah-mudahan catatan diatas bisa mengajarkan kita untuk selalu beradab kepada Nabi Muhammad saw.
Wallahu a’lam.